Tasikmalaya kabarjurnalis.com - Indonesia, negeri yang kaya akan sumber daya alam dan keragaman budaya, kini menghadapi kenyataan pahit. Perekonomian rakyat mengalami keterpurukan akibat korupsi yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan. Uang negara yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat justru dikorupsi oleh oknum tak bertanggung jawab.
Korupsi bukan lagi sekadar isu hukum, tetapi sudah menjadi bencana sosial yang memiskinkan rakyat kecil. Ironisnya, di tengah upaya efisiensi anggaran negara, kabinet pemerintahan justru semakin "gembrot". Alih-alih memperkecil struktur pemerintahan demi penghematan, jumlah kementerian dan pejabat publik justru bertambah, membebani anggaran negara.
Advokat Dani Sapari, SH, MH, dalam pernyataannya menyatakan bahwa kabinet gemuk ini justru memperparah kondisi perekonomian rakyat. “Kabinet yang terlalu besar dan penuh dengan kepentingan politik hanya akan memboroskan anggaran negara. Uang rakyat terkuras habis untuk menggaji para pejabat tanpa memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan,” tegas Dani Sapari.
Menurutnya, janji efisiensi anggaran oleh pemerintah hanyalah wacana semu. Pada kenyataannya, banyak program ekonomi yang dikorbankan demi membiayai struktur kabinet yang tidak efektif. Padahal, rakyat sedang bergulat dengan kenaikan harga bahan pokok, rendahnya daya beli, dan sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan.
Data BPS menunjukkan adanya peningkatan angka kemiskinan di beberapa wilayah. Hal ini memperkuat pandangan bahwa kebijakan pemerintah kurang berpihak pada rakyat kecil. Tidak hanya itu, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga semakin terpuruk akibat minimnya dukungan nyata dari pemerintah.
Kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara terus terungkap dari waktu ke waktu. Uang rakyat yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial justru raib digerogoti para koruptor. Akibatnya, program pengentasan kemiskinan terhambat, pendidikan terbengkalai, dan fasilitas kesehatan tak terurus.
“Kita butuh pemerintahan yang bersih, efisien, dan berpihak pada rakyat. Jika terus seperti ini, ekonomi rakyat akan semakin reyot dan terpuruk,” ujar Dani Sapari. Ia mendesak agar pemerintah segera melakukan reformasi birokrasi dan memprioritaskan kesejahteraan rakyat daripada memperbesar kabinet.
Dani juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran negara serta pemberian sanksi tegas bagi para koruptor. Tanpa langkah konkret, rakyat akan terus menderita dan kehilangan harapan.
Menghadapi situasi ini, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan pemerintah. Pertama, merampingkan kabinet dengan memangkas jumlah kementerian yang tidak produktif. Kedua, mengalokasikan anggaran lebih banyak untuk program kesejahteraan rakyat dan pemulihan ekonomi. Ketiga, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan anggaran negara agar rakyat tahu ke mana uang mereka digunakan.
Selain itu, upaya pemberantasan korupsi harus lebih gencar dengan melibatkan lembaga antikorupsi secara independen. Hanya dengan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berintegritas, Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi yang melanda.
Di tengah kemelut ini, rakyat masih berharap akan adanya perubahan nyata. Harapan itu kini bergantung pada keseriusan pemerintah dalam menindak para koruptor dan memperbaiki kebijakan ekonomi yang lebih pro-rakyat. Jika tidak, Indonesia akan terus layu dan semakin terpuruk dalam krisis yang tak berkesudahan. (Soni.R)