PGRI Sebuah Organisasi Profesi Dan Perjuangan Untuk Guru Honorer

 


Oleh: [Soni Riswandi]


Kota. Tasik kabarjurnalis.com - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Tasikmalaya memiliki peran strategis sebagai wadah organisasi profesi guru. Namun di tengah realitas sosial saat ini, PGRI tidak cukup hanya menjadi organisasi administratif dan seremonial. Sudah saatnya PGRI tampil sebagai kekuatan perjuangan yang nyata—khususnya bagi para guru honorer yang selama ini masih terpinggirkan dari aspek kesejahteraan dan pengakuan profesional.


Sebagai organisasi profesi, PGRI sudah memiliki mandat moral untuk meningkatkan kualitas guru. Namun, peningkatan kompetensi harus dibarengi dengan strategi pemberdayaan ekonomi. Salah satu jalan yang bisa ditempuh adalah memberikan pelatihan berbasis keterampilan digital, literasi teknologi, hingga kewirausahaan. Tujuannya, agar guru—terutama honorer—tidak hanya mengandalkan penghasilan dari sekolah, melainkan memiliki peluang mandiri dalam menopang kebutuhan hidupnya.


Namun tentu saja, akar masalah utama masih berada pada posisi dan status hukum guru honorer yang lemah. Banyak di antara mereka yang mengabdi belasan tahun tanpa jaminan pengangkatan ataupun kesejahteraan yang layak. Dalam konteks ini, PGRI Kota Tasikmalaya harus menghidupkan kembali semangat perjuangan yang menjadi ruh awal pendiriannya. Perjuangan terhadap nasib guru honorer harus dikawal dengan konsisten, melalui pendekatan advokasi, dialog politik, hingga gerakan sosial yang elegan dan bermartabat.


Langkah strategis yang bisa ditempuh antara lain adalah membentuk Tim Advokasi Guru Honorer. Tim ini bisa berperan aktif mendampingi kasus-kasus diskriminasi, menyuarakan aspirasi ke DPRD dan pemerintah daerah, serta menjadi penghubung antara guru honorer dengan jalur kebijakan publik. Selain itu, PGRI juga dapat menginisiasi koperasi guru sebagai basis ekonomi alternatif yang mampu memberikan bantuan modal usaha, pelatihan keterampilan, hingga akses keuangan berbunga ringan.


PGRI bukan hanya sekadar simbol solidaritas profesi, tetapi seharusnya menjadi motor perubahan. Untuk itu, pengurus dan anggota harus memiliki kesadaran kolektif bahwa kekuatan organisasi lahir dari partisipasi aktif dan rasa saling memiliki. Ketika semua guru, termasuk honorer, merasa bahwa PGRI adalah rumah perjuangan mereka, maka dari situlah transformasi organisasi akan bermula.


PGRI Kota Tasikmalaya punya peluang besar untuk menjadi pelopor perubahan. Bukan hanya dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga dalam memperjuangkan keadilan sosial bagi para pendidik yang selama ini kurang mendapatkan tempat yang layak dalam sistem pendidikan nasional. Maka, mari kita kuatkan PGRI sebagai organisasi profesi sekaligus organisasi perjuangan. Demi guru, demi anak bangsa, dan demi masa depan pendidikan Indonesia yang lebih adil dan bermartabat.

Lebih baru Lebih lama