Dibalik Megahnya Perayaan HUT ke-24 Kota Tasik, Rumah Seorang Warga Nyaris Roboh Dibiarkan Tanpa Sentuhan Bantuan

 


Kota. Tasik kabarjurnalis.com — Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-24 Kota Tasikmalaya di Kecamatan Mangkubumi berlangsung megah. Selama empat hari penuh, panggung hiburan berdiri gagah, lampu warna-warni menerangi malam, dan suara musik menggema di udara. 


Pemerintah Kecamatan tampak bersemangat, menebar senyum dan sambutan meriah seolah kota ini tak punya masalah sama sekali. Namun di balik gegap gempita pesta megah, ada pemandangan yang jauh dari kata meriah — rumah warga yang nyaris roboh, dibiarkan begitu saja tanpa sentuhan bantuan.


Ironi ini mencuat dari salah satu sudut Mangkubumi, di mana seorang warga hidup dalam ketakutan setiap kali hujan datang. Atap rumahnya bocor, dindingnya miring, dan tiangnya mulai lapuk. Warga setempat mengaku sudah berulang kali melapor kepada pihak Kelurahan dan Kecamatan, berharap ada tindak lanjut atau sekadar kunjungan untuk meninjau kondisi rumah tersebut. 


Tapi yang datang justru undangan ke acara panggung rakyat, bukan bantuan perbaikan rumah.


“Saya sudah lapor, bahkan disuruh isi data. Tapi sampai sekarang belum ada kabar. Katanya nanti dicek, tapi yang dicek malah panggung dan tenda untuk acara,” ujar Soni satu warga dengan nada getir Minggu (26/10/2025).



"Pesta rakyat memang penting sebagai simbol kebersamaan, tapi ketika simbol itu mengorbankan nurani, apa masih pantas disebut kebersamaan?


Ulang tahun kota sejatinya menjadi momentum refleksi: sejauh mana pembangunan dirasakan oleh masyarakat, bukan sekadar ajang seremonial yang menelan anggaran besar. Apalagi jika dana itu dihabiskan untuk empat hari kemeriahan, sementara sebagian warga masih menunggu keajaiban agar rumahnya tidak ambruk," Kata Soni


Kemeriahan acara Hari Ulang Taun Kota Tasikmalaya ya g digelar di Kecamatan Mangkubumi, seolah menjadi panggung sandiwara. Di depan, semua tampak megah, penuh warna dan senyum. Namun di belakang layar, realita kehidupan rakyat kecil terus berjuang melawan ketidakpedulian. Apakah pemerintah setempat tidak melihat atau pura-pura tidak tahu?


Mungkin bagi sebagian pejabat, rumah warga yang hampir roboh tidak masuk kategori “atraksi menarik”. Tidak ada tepuk tangan, tidak ada foto selfie, tidak ada panggung dan baliho. Yang ada hanya derita diam yang tak pernah sampai ke meja pengambil keputusan.


Sungguh ironis, di saat masyarakat diajak bergembira selama empat hari penuh, ada yang menatap langit-langit rumahnya dengan cemas, berharap kayu penyangga tak patah malam ini. Kota ini mungkin sudah berumur 24 tahun, tapi kedewasaannya masih perlu dipertanyakan — terutama dalam hal rasa empati terhadap rakyat kecil.


HUT Kota Tasikmalaya tahun ini akhirnya menyisakan dua cerita: satu di panggung, yang penuh sorak-sorai dan cahaya; satu lagi di rumah-rumah reyot warga yang nyaris roboh, yang hanya diterangi lampu redup dan doa panjang. Dan entah kenapa, yang pertama selalu lebih didengar. (SR)

Lebih baru Lebih lama